#1
Sabtu, 15 September 2012 @ 01.46 | 0 Comment [s]
Matahari tampak lekat dan hambar. Aku masih termangu dan melihat tak tentu arah. Ayunan ini berhenti dengan bijak lalu mengajakku bicara. Sendirian di bawah awan yang tipis itu. Aku bukan gadis satu-satunya di dunia ini yang begitu kagum pada seorang laki-laki biasa dan sederhana. Yang mengaguminya tanpa alasan. Ini sebuah perasaan yang begitu kosong dan lemah. "Apa aku bisa berhenti?" Aku harus jawab apa. Sedangkan aku masih terdiam dalam pertanyaanku sendiri dan seringkali tak menjawabnya. Mulutku terlalu sepi untuk sebuah kuil dan tempat pemujaan. Aku tak ingat kondisi ini lekat-lekat. Ayunan ini masih terdiam sedangkan aku melihatnya sampai detik ini, sudah sore rupanya. Seakan aku enggan meninggalkan butir karat yang menempel pada tiangnya. Desis angin mengajakku pulang. Untuk kesekian kalinya, aku pulang. ~ "Malam ini aku yang bermimpi ya, dan kau yang menidurkannya." Tercium bau khas ini. Dia muncul di balik piano tua milik ayah dulu. Jemarinya begitu hangat dan indah. Jauh dengan milikku. Aku tidak pernah menginginkan hidup sendiri di bawah langit ini. Dan benarnya, aku tidak sendiri. Aku bersama si pemilik jemari yang hangat dan indah itu. Gadis yang bersamaku turun dari langit dan merasakan air susu ibu. Aku bersamanya sejak dahulu. Sejak dahulu, dan entah sampai kapan. Kuharap tidak ada "sampai" di antara kami. |
The Disclaimer underlined, bold GOING BETTER
Navigations! Let's Talk!
The Credits! |