SEORANG TUKANG RAMBUTAN PADA ISTRINYA - Taufik Ismail
Sabtu, 03 September 2011 @ 20.31 | 0 Comment [s]
"Tadi siang ada yang mati,Dan yang mengantar banyak sekali Ya. Mahasiswa-mahasiswa itu.Anak-anak sekolah Yang dulu berteriak: dua ratus, dua ratus! Sampai bensin juga turun harganya Sampai kita bisa naik bis pasar yang murah pula Mereka kehausan dalam panas bukan main Terbakar muka di atas truk terbuka Saya lemparkan sepuluh ikat rambutan kita, bu Biarlah sepuluh ikat juga Memang sudah rezeki mereka Mereka berteriak-teriak kegirangan dan berebutan Seperti anak-anak kecil "Hidup tukang rambutan! Hidup tukang rambutan!" Dan menyoraki saya. Betul bu, menyoraki saya Dan ada yang turun dari truk, bu Mengejar dan menyalami saya "Hidup pak rambutan!" sorak mereka Saya dipanggul dan diarak-arak sebentar "Hidup pak rambutan!" sorak mereka "Terima kasih, pak, terima kasih! Bapak setuju kami, bukan?" Saya mengangguk-angguk. Tak bisa bicara "Doakan perjuangan kami, pak," Mereka naik truk kembali Masih meneriakkan terima kasih mereka "Hidup pak rambutan! Hidup rakyat!" Saya tersedu, bu. Saya tersedu Belum pernah seumur hidup Orang berterima kasih begitu jujurnya Pada orang kecil seperti kita. NB : semua yang baca ini C: tolong dilihat dan dirasakan arti kata-kata yang saya tebalkan, terima kasih C: pasti langsunng mak jleb pol banget. koreksi diri pada orang kecil. hayoo, siapa yang masih suka ngusir pengemis? hehehe.. makasih,, ini salah satu puisi yang membuat saya menangis setelah membacanya. Mungkin di awal kita terasa biasa saja. Namun, pada klimaks puisi ini, kita serasa disindir malu olehnya. makasih. |
The Disclaimer underlined, bold GOING BETTER
Navigations! Let's Talk!
The Credits! |